Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan Linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kemampuan untuk menangani struktur bahasa (sintaksis), suara (fonologi) dan arti (semantik).
Kemampuan mempelajari bahasa ada dalam diri setiap anak. Tidak peduli anak itu lahir di mana dan dari suku bangsa atau negara apa, apabila ia mendapat rangsangan auditori, anak akan mampu berbicara dengan bahasa yang digunakan di komunitasnya. Rangsangan auditori ini tentunya adalah bahasa yang digunakan orangtuanya.
Untuk bisa berhasil dalam mempelajari suatu bahasa, mutlak dibutuhkan suatu lingkungan yang penuh dukungan, yang memperbolehkan terjadinya kesalahan dalam proses pembelajaran, lingkungan yang menyenangkan dan menantang. Lingkungan seperti ini sangat menentukan kecepatan dan keberhasilan penguasaan suatu bahasa, pada masa-masa puncak daya serap dan kemampuan anak mempelajari bahasa ibunya.
Kecerdasan linguistik mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata yang diucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi.
Anak dengan kecerdasan linguistik yang terasah dengan baik akan menunjukkan kesukaan dalam bermain dan manipulasi kata. Mereka biasanya mempunyai perbendaharaan kata yang luas. Mereka menyukai puisi, rima, permainan kata, dan pintar mengekspresikan diri mereka melalui bahasa tulisan maupun lisan.
Kecerdasan Matematika dan Logika
Orang dengan kecerdasan matematika dan logika yang berkembang adalah orang yang mampu memecahkan masalah, mampu memikirkan dan menyusun solusi dengan urutan yang logis. Mereka suka angka, urutan, logika dan keteraturan. Mereka dapat mengerti pola dan hubungan serta mampu melakukan proses berpikir deduktif dan induktif.
Menurut Gardner, model perkembangan kognitif yang dicetuskan oleh Jean Piaget secara garis besar sebenarnya merupakan gambaran dari pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan matematika dan logika. Jadi, mulai dari interaksi anak dengan obyek dalam ruang dan waktu, melalui pengenalan akan angka dan perkembangan pemahaman akan simbol abstrak dan kemampuan untuk memanipulasi simbol tersebut dan implikasi dari hipotesis. Sebenarnya di sini kita dapat melihat suatu evolusi dari kecerdasan matematika dan logika.
Anak dengan kecerdasan matematika dan logika yang terasah dengan baik akan suka sekali dalam mencari penyelesaian suatu masalah, menunjukkan minat yang besar terhadap analogi dan silogisme. Mereka suka aktivitas yang melibatkan angka, urutan, pengukuran dan perkiraan.
Kecerdasan Visual dan Spasial
Kecerdasan visual dan spasial adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual-spasial secara akurat, dan kemudian bertindak atas persepsi tersebut. Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan warna, garis, bentuk, ruang, ukuran, dan juga hubungan di antara elemen-elemen tersebut.
Jenis kecerdasan ini sangat menonjol dalam diri pemain catur, navigator, arsitek maupun desainer. Penyelesaian masalah dengan kecerdasan ini melibatkan kemampuan untuk melihat obyek dari berbagai sudut pandang, memanipulasi gambar secara tiga dimensi dalam ruang dan waktu. Hemisfir kanan atau otak kanan berperan besar dalam mengendalikan kegiatan ini. Orang yang mengalami kerusakan pada hemisfir kanan sering kehilangan kemampuan untuk mengenali wajah atau tempat, tidak mampu bergerak leluasa di antara benda atau obyek atau menemukan jalan untuk mencapai suatu tempat. Sering kali mereka juga sulit untuk "melihat" melalui mata pikiran mereka (imajinasi).
Kecerdasan visual dan spasial sangat jelas terlihat pada anak-anak. Kemampuan ini terlihat dengan sangat jelas saat anak bermain dengan melibatkan imajinasi mereka. Pernahkah anda melihat anak bermain beberapa peran sekaligus, saling berkomunikasi atau main rumah-rumahan dan pasar-pasaran? Sebenarnya saat mereka bermain mereka sedang menggunakan kecerdasan visual dan spasial. Saat kanak - kanak adalah masa yang paling mudah untuk mengembangkan kecerdasan ini. Sering kali seiring dengan pertambahan usia kita telah mulai kehilangan kemampuan ini, kemampuan untuk menggunakan imajinasi atau visualisasi. Tapi ada kabar baik. Kemampuan atau kecerdasan ini, seperti juga kecerdasan lainnya, dapat kita latih dan kembangkan. Tidak jadi masalah berapa usia kita saat ini.
Hasil riset menunjukkan bahwa kemampuan untuk membentuk suatu gambar mental (baca: imajinasi atau visualisasi) melibatkan suatu proses aktivasi rangkaian elektro-kimiawi di otak yang efeknya soma bila kita melihat benda yang nyata. Jadi, baik kita melihat sesuatu yang riil otaukah kita melihat hanya dengan mata pikiran, efek yang timbul akan sama. Hal ini menjelaskan mengapa hanya dengan membayangkan makan jeruk yang masam akan membuat air liur keluar. Efeknya persis soma dengan makan jeruk yang sesungguhnya.
Orang yang telah mengembangkan kecerdasan visual dan spasial mereka dengan baik akan mampu untuk menciptakan kembali gambar dari kejadian atau obyek yang pernah mereka alami, termasuk mengingat kembali emosi yang berhubungan dengan pengalaman mereka.
Kecerdasan MusikKecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi dan timbre dari musik yang didengar.
Otak kanan kita mengendalikan persepsi dan penciptaan musik. Musik adalah bahasa universal. Dalam setiap suku bangsa di dunia ini, musik selalu hadir menjadi bagian yang tidak bisa terpisahkan dari identitas mereka. Bakat musik muncul pada usia yang sangat dini. Banyak contoh klasik yang dapat kita temui yang membuktikan hal ini. Mozart adalah salah satu contoh yang paling mudah kita ingat.
Musik mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan kemampuan matematika dan ilmu sains dalam diri seorang anak. Murid di suatu sekolah vokal, yang mayoritas kurikulumnya adalah tentang seni dan suara, ternyata menun jukkan kemampuan yang tinggi dalam bidang matematika. Banyak peneliti yang percaya bahwa kemampuan di bidang matematika dan ilmu sains ini berkembang karena murid sejak kecil telah dilatih memanipulasi nada suara, tempo, ritme, dan mengerti hubungan di antara simbol atau notasi musik.
Saat dilakukan survei di 17 negara terhadap kemampuan anak didik, usia 14 tahun, dalam bidang sains, ditemukan bahwa anak dari negara Belanda, Jepang dan Hongaria mempunyai prestasi tertinggi di dunia. Seat diteliti lebih mendalam ternyata ketiga negara ini memasukkan unsur seni dan musik secara intensif ke dalam kurikulum mereka. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Dr. Mark Tramko, ahli saraf dari Harvard Medical School, yang membuktikan adanya tumpang tindih pada sel otak yang memproses musik, bahasa, logika-matematika dan abstract-reasoning.
Penggunaan musik di dalam kelas dapat membantu menciptakan mood atau suasana yang mendukung proses pembelajaran. Musik dapat menciptakan suasana yang rileks namun waspada. Musik dapat juga membangkitkan semangat.
Anak dengan kecerdasan musik yang berkembang akan suka bernyanyi, menyukai ritme musik, puisi, jingle, dan membuat suara-suara yang tidak berarti namun sangat mereka sukai. Mereka dapat belajar dengan lebih maksimal bila musik menemani proses pembelajaran mereka. Mereka dapat membuat lagu dan memasukkan informasi yang ingin mereka pela jari ke dalam lagu tersebut.
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Kecerdasan ini juga melibatkan kepekaan pada ekspresi wajah, suara, dan gerakan tubuh dari orang lain dan mampu memberikan respons secara efektif dalam berkomunikasi.
Saat kecerdasan personal, interpersonal dan intrapersonal digunakan, maka dalam operasinya kecerdasan personal ini cenderung mengaktifkan dan menggunakan bentuk kecerdasan lainnya.
Kecerdasan interpersonal adalah suatu kemampuan untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap, kepribadian dan karakter orang lain. Dengan menggunakan kecerdasan interpersonal, kita akan mampu mengamati perubahan kecil yang terjadi pada mood, perilaku, motivasi dan perhatian orang lain. Mereka yang berhasil mengembangkan kecerdasan ini dengan sangat baik akan sangat mudah untuk menjadi seorang ahli terapi, konselor, guru, penjual, pembimbing atau mentor dan pembicara publik.
Murid dengan kecerdasan interpersonal yang berkembang dengan baik akan sangat menikmati kegiatan kelompok dan collaborative learning. Mereka juga sangat suka dengan kegiatan yang mengharuskan mereka melakukan pengamatan interaksi manusia, melakukan wawancara dengan orang dewasa, menetapkan aturan kelas, menentukan dan membagi tugas dan tanggung jawab dan mengikuti permainan yang melibatkan upaya menyelesaikan suatu konflik.
Berbeda dengan kecerdasan interpersonal, yang sangat berhubungan dengan diri orang lain, kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri. Kecerdasan ini melibatkan kemampuan untuk secara akurat dan realistis menciptakan gambaran mengenai diri sendiri (kekuatan dan kelemahan), kesadaran akan mood atau kondisi emosi dan mental diri sendiri, kesadaran akan tujuan, motivasi, keinginan, proses berpikir dan kemampuan untuk melakukan disiplin diri, mengerti diri sendiri dan harga diri.
Dengan kecerdasan ini selain mampu untuk mengerti perasaan, emosi, motivasi diri sendiri, menilai dan mempertimbang kan proses berpikir, kita juga dapat menyimpulkan tindakan atau perilaku apa yang akan mengikuti semua proses internal ini. Semakin kita dapat menyadari dan membawa perasaan dan emosi kita ke level pemikiran sadar, kita akan semakin baik dalam berhubungan dengan dunia di luar diri kita. Orang dengan kecerdasan intrapersonal yang kuat adalah orang yang mampu memotivasi dirinya sendiri, memiliki tingkat pemahaman yang tinggi dan akurat terhadap dirinya sendiri dan sangat menghargai nilai dan etika moral.
Riset di bidang metakognisi (berpikir mengenai proses berpikir) telah menghasilkan sangat banyak strategi untuk meningkatkan pola berpikir kita. Salah satu teknik yang sangat efektif adalah dengan menggunakan Neuro Linguistic Programming (NLP). Dalam NLP terdapat sangat banyak teknik yang sangat bagus dan memiliki efek perubahan yang bersifat segera.
Orang dengan kecerdasan intrapersonal yang berkembang baik akan suka menggunakan jurnal atau diari untuk mencatat hal-hal penting yang ada dalam pikiran mereka dan membantu mereka dalam proses pembelajaran. Selain itu mereka juga dapat bekerja secara mandiri. Mereka kadang terlihat malu dan agak introvert atau tertutup.
Ada perbedaan cukup besar yang terjadi dalam anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan dalam hal perkembangan kecerdasan intrapersonal. Banyak anak laki mengalami perkembangan kecerdasan intrapersonal yang lebih lambat karena mereka sedikit agak terlambat dalam perkembangan kemampuan linguistik. Anak laki bertumbuh dan berkembang dengan penekanan pada kemampuan bertindak, bukan berbicara. Sering kali kita menjumpai anak laki yang dituntut untuk "kuat", tidak boleh cengeng, harus mampu mengatasi perasaan mereka. Mereka jarang diberi kesempatan untuk mengekspresikan perasaan atau emosi mereka. Bahkan mereka mungkin tidak mengerti kata yang harus digunakan untuk men jelaskan emosi mereka seperti march, sedih, kecewa, jengkel, frustrasi, sakit hati, bosan, jenuh, tersinggung, gembira, bahagia, senang, tersanjung.
Dunia anak laki berbeda dengan anak perempuan dengan pengertian anak laki sering kurang reflektif, kurang mampu berpikir ke dalam. Mereka lebih fokus pada tindakan dan hasil, hierarki, dan persaingan.
Kecerdasan KinestetikKecerdasan kinestetik merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan kita dalam menggunakan tubuh kita secara terampil untuk mengungkapkan ide atau pemikiran dan perasaan, mampu bekerja dengan baik dalam menangani dan memanipulasi obyek. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan fisik dalam bidang koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan. Kecerdasan ini sangat menonjol pada diri seorang penari, atlet, pematung, pemusik, aktor, mekanik, dokter bedah, ahli permata.
Integrasi gerakan ke dalam proses pembelajaran akan sangat membantu meningkatkan daya ingat. Karena otak mengingat dan menjangkarkan informasi yang dipelajari dengan memasukkan unsur pengalaman.
Contoh yang mudah adalah bila kita hendak mengajar anak menghapal posisi suatu negara dengan menggunakan peta dunia. Bila sekadar menghapal dengan cara melihat, murid mungkin akan bingung. Untuk membantu murid meningkatkan daya ingatnya, mintalah murid untuk menggambarkan peta itu dalam ukuran yang besar, di lantai, dan minta murid untuk berjalan menuju negara yang anda sebutkan.
Sangat disayangkan, seiring dengan semakin tingginya level pendidikan, maka kemungkinan murid untuk mengakses dan menggunakan kecerdasan ini semakin berkurang. Sangat jarang kita temui praktek pengajaran di kelas yang membolehkan murid bergerak aktif. Murid umumnya diwajibkan untuk duduk manis dengan tangan terlipat di depan dada dan diam saat guru mengajar.
Murid kinestetik, di kelas, dapat diberdayakan dengan menggunakan teknik simulasi, permainan peran, drama, pantomin, perjalanan dan kunjungan ke lingkungan, rehat yang teratur, bermain brain gym.
Kecerdasan NaturalisKecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan, menggolongkan dan membuat kategori terhadap apa yang dijumpai di alam maupun di lingkungan. Inti dari kecerdasan ini adalah kemampuan manusia untuk mengenali tanaman, hewan dan bagian lain dari alam semesta. Walau pada awalnya kecerdasan ini berkembang sebagai alat untuk manusia dalam berhubungan dengan alam sekitar, perkembangan terakhir dari kecerdasan ini juga meliputi kemampuan untuk membedakan benda buatan manusia seperti mobil, sepatu, pesawat dan perhiasan.
Kita semua menggunakan kecerdasan naturalis saat kita mengenali orang, tanaman, hewan, dan benda yang ada di sekeliling kita. Dengan berinteraksi dengan lingkungan fisik di sekitar kita, kita mengembangkan kepekaan akan hukum sebab akibat. Kita juga dapat mengamati pola-pola dalam interaksi dan perilaku seperti keadaan cuaca dan perubahan-perubahan yang terjadi pada tanaman dan hewan.
Kecerdasan ini berkembang sebagai kebutuhan untuk mempertahan hidup di alam bebas. Dulu saat manusia mempertahankan hidup di alam bebas. Dulu saat manusia hidup dari berburu dan mengumpulkan buah atau tanaman untuk dimakan, manusia harus mengenali keadaan cuaca, jenis hewan yang berbahaya atau tidak, dan jenis tanaman atau buah yang bisa dimakan atau tidak. Saat ini zaman telah berubah. Meskipun demikian, kecerdasan ini tetap terpelihara dengan baik, hanya bentuk aplikasinya yang agak berbeda.
Saat ini kemampuan untuk mengamati, melakukan klasifikasi dan pengelompokan, dapat dilihat pada kegiatan mengumpulkan/mengoleksi prangko, batu permata, mengenali jenis mobil dari jarak jauh, mengumpulkan kartu dan gambar bintang film, juga para pecinta alam atau siapa saja yang sangat suka berada di alam terbuka.
Penggunaan kecerdasan naturlis ini paling terlihat jelas dalam bidang ilmu biologi, botani, zoology, dan entomologi. Ilmu ini mempelajari asal mula, pertumbuhan dan perkembangan, serta struktur makhluk hidup.
Sumber :
Amstrong, Thomas. Sekolah Para Juara. Kaifa, Bandung (2002)
Gunawan, Adi W. Born To Be Genius, Gramedia Pustaka Tama, Jakarta (2003)
______________. Genius Learning Strategi, Gramedia Pustaka Tama, Jakarta (2003)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar